Kamis, 29 Desember 2022

Syair Asrul Sani

 

Syair Asrul Sani ini berisi tentang gambaran kondisi bangsa kita dengan semangat perjuangan  Founding fathers Seperti Soekarno atau sering dengan sebutan sang orator ulung dan tokoh diplomasi yaitu sutan Sjahrir dan dkk, yang menitih tumpa dan darah  untuk kemerdekaan RI 1.apalagi kala itu masih saja selimut paham Fasisme dengan doktrin egoisme dan sentimen akibatnya hadir menerjang di kalbu bangsa kita di tahun 45.

"Aku laksana dari lautan menghantam malam hari tinggi.
Aku panglima dari segalah burung Rajawali.
Aku Tutup segala kota, aku sebar segala api.
Aku jadikan belantara menjadi hutan mati.
Tapi aku jaga supaya janda-janda tidak di perkosa.
Budak-budak tidur di pangkuan bunda. "

Minggu, 25 Desember 2022

MEMPERINGATI UNWAHAS KELAM (ORMAWAN DALAM DINASTI PMII)

 


ORMAWA DALAM CENGKRAMAN DINASTI DAN

DEMOKRASI BUNGKAM OLEH  LEGITIMASI REKTOR

(KAMPUS HIJAU)

(Aristoteles juga mengatakan bahwa jika seseorang hidup tanpa kebebasan dalam memilih jalan hidupnya, maka dia seperti seorang budak.)

(Erich fromm mengatakan manusia itu seperti domba mereka mudah percaya dan ikut-ikutan)

Dinamika kehidupan di perguruan tinggi seharusnya membentuk nilai-nilai demokrasi yang merupakan suatu keharusan. Nilai-nilai demokrasi menjadi keharusan untuk diterapkan karena memiliki nilai-nilai dengan tujuan untuk menciptakan suasana demokratis di kalangan mahasiswa, yang pada akhirnya menciptakan suasana yang harmonis dan tidak ada sentimen dan perpecahan di antara sesama mahasiswa.

Demokrasi merupakan salah satu bentuk mekanisme sistem pemerintahan sebagai upaya mewujudkan kedaulatan yang dijalankan oleh rakyat. Semua orang atau warga negara memiliki hak yang sama. Begitu juga di perguruan tinggi

Kampus adalah tempat mencetak generasi intelektual atau cendekiawan yang sebenarnya memiliki keistimewaan untuk tidak main-main. Kampus sebagai miniatur negara memiliki konsep mandiri dalam ruang laboratorium yang demokratis.

Nampaknya tidak masalah jika nilai demokrasi yang diterapkan kampus, apalagi kita berada dalam ruang negara Indonesia yang sistem demokrasi pancasila dan berdasarkan UUD 1945, maka kampus adalah tempat untuk representasi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mampu memberikan ruang berpikir. Dalam hal ini, kehidupan kampus disejajarkan dengan negara.

Catatan hitam ini, memprotes keadaan, membawa perubahan tetapi kenyataan kosong. Namun hasrat akan libido kekuasaan menghalalkan berbagai cara agar politik yang sangat kotor diperlihatkan segelintir mahasiswa di kampus Aswaja, bahkan pendekatan kekerasan dan dinasti dalam kerangka demokrasi. Ormawa (Organisasi Kemahasiswaan) adalah organisasi yang berada di internal kampus, berbeda dengan organisasi eksternal, misalnya PMII, HMI, IMM, GMNI dan lain-lain.

Di Ormawa ada yang namanya DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa), BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) dan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) semua lembaga ini memiliki fungsi dan cara bermainnya masing-masing. Fungsinya bagi mahasiswa untuk mengembangkan kapasitas dirinya dan sebagai wadah untuk menyalurkan aspirasi, ide atau gagasan sehingga tercipta kreativitas yang membentuk pencapaian TRI DHARMA Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat) melalui peran dan fungsinya sebagai mahasiswa, yaitu sebagai agen perubahan dan sebagai generasi peradaban. Untuk menuju peradaban diperlukan akhlak yang baik bagi calon pemimpin Ormawa.

Namun kenyataan kelam menimpa Ormawa Unwahas. Apa yang harus diciptakan atau dikaderkan mahasiswa. Untuk mencapai tujuan Perguruan Tinggi, dengan fungsi dan peran ORMAWA. Namun sebaliknya, ORMAWA hanya dimanfaatkan oleh kelompok luar tertentu untuk melanggengkan kekuasaan. Perlu kita ketahui bersama dan buka mata bahwa kelompok eksternal tertentu mendapat legitimasi dari Rektor seolah-olah mereka adalah anak kandung di kampus dan anak-anak lainnya diasingkan. Padahal kita sering menjunjung tinggi nilai toleransi yang artinya saling menghormati, dan nilai moderat yang artinya kemandirian, saling menghormati, dengan kondisi latar belakang yang berbeda, dengan menjunjung tinggi rasa persatuan dan persaudaraan.

Beberapa kejadian intoleransi sebagai fakta empiris bahkan sangat memprihatinkan. Saat kasus pembacokan mahasiswa Unwahas pada Kamis 30 Desember 2021 pukul 19.30 dilakukan oknum dari pihak eksternal tertentu. Dua mahasiswa menjadi korban pembacokan, kami sering berbincang, berdiskusi, dan belajar tentang dinasti di pemerintahan. Padahal kita tidak menyadari bahwa di ORMAWA pun kita adalah aktor, apalagi dengan peraturan rektor yang memberikan legitimasi hanya pada satu organisasi eksternal. Apakah nilai-nilai Aswaja di kampus untuk menciptakan harmonisasi atau ada tidaknya nilai-nilai demokrasi? Semoga bisa memberikan masukan

Dari situ saya sangat prihatin dengan sekelompok mahasiswa yang terang-terangan membunuh demokrasi dengan “tradisi organisasi”. Tradisi merupakan penilaian atau anggapan bahwa metode yang ada adalah yang terbaik dan benar. Memang organisasi kemahasiswaan memiliki tradisi yang berbeda-beda, namun apakah tradisi yang salah itu harus tetap dipertahankan meskipun bertentangan dengan demokrasi?

Ada juga masalah yang sering muncul di kampus ini yaitu ketidaktertarikan mahasiswa terhadap kehidupan demokrasi di kampus. Asumsi ini muncul karena kita melihat bagaimana mahasiswa cenderung memandang politik sebagai hal yang buruk karena hanya ada satu organisasi eksternal atau anak kandung rektor yang berkuasa. Dari tahun ke tahun, dengan menghalalkan berbagai cara, baik itu musyawarah sampai dengan tahap pemilihan ketua.

Pemilihan ketua ormawa hendaknya memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada mahasiswa untuk berpartisipasi sebagai calon ketua. Janganlah kita mengikuti politik negara Indonesia dengan menerapkan sistem “Presidential Threshold” karena tidak ada gunanya kita berbicara tentang kebebasan berpikir jika hak individu untuk bebas bergaul terhalang oleh kondisi yang tidak netral.

Yang paling miris, di kampus kita tercinta ini masih ada Ormawa yang memiliki tradisi meminggirkan mahasiswa yang tidak berlatar belakang Ekstra PMII karena hanya ada satu yang disahkan oleh rektor. Bahkan, sebagian besar organisasi PMII menjadi wadah bagi mereka dari tahun ke tahun, padahal ketua ormawa tidak memiliki sifat seperti hanya mempercayakan namanya pada struktur. mengubah peraturan bahkan LULUS sedangkan ketua statusnya harus mahasiswa. Perwakilan BEM U tersebut kini bukan lagi mahasiswa tetapi masih berstatus jabatan. itu yang saya perhatikan karena hanya ada dinasti dalam tubuh ormawa.

Secara tidak langsung, mekanisme/regulasi seperti yang saya keluarkan sejak awal membatasi ruang ekspresi mahasiswa bahkan mengebiri demokrasi itu sendiri. Fakta-fakta inilah yang semakin menegaskan bahwa mahasiswa di kampus hijau yang domba-domba itu tidak memahami demokrasi yang hakiki.

 

Keprihatinan ini hanya bisa saya sampaikan, sambil menunggu pengurus ORMAWA dan rektor muncul, dan lihat bagaimana tanggapan mereka. Karena saya paham betul bahwa mereka adalah pemimpin yang lahir dari organisasi ekstra kampus, pasti mereka akan merasa dilecehkan dengan fenomena yang terjadi di daerahnya.

Rabu, 03 Agustus 2022

Tuhan izinkan Hamba jadi orang Miskin


 Cakrawala yang samar menyelimuti kota yang mulai kriput terkikis masa, mulai hilang dari peradaban, mulai senyap prasaan kemanusiaan dan mulai terbius noda dan dosa para penguasa. Anak desa merantau sebatang kara terlatar menahan kesakitan dahaga dan lapar, pengemis di pinggir kota terlihat kurus kering menitih kesedihan merasakan kerasnya kehidupan, perempuan di pinggir kota yang hilang akan jati dirinya demi si anak sulung sekolah dan belum lagi pedagang kaki lima di pinggir kota yang di kejar Satuan Polisi Pamong Praja. Masih saja kita menanti kesetaraan, masih saja kita menanti persaudaraan di antara kita dan Masih saja kita mananti kebebasan, sedangkan mereka merasa tertindas.sedangkan mereka merasa tidak punya saudara dan sedangkan mereka tidak pernah merasakan kesetaraan. Kini awan mulai menari nari, terlihat gelap kota, terlihat kilat yang mengilat ,terlihat petani musiman menanti hujan, terlihat gedung mewah yang berdasi berteduh, terlihat ojek online terkisama orderan yang mulai berkurang, Terasa lucu di negri Demokrasi yang mau menang sendiri tanpa sadar diri, layaknya Feodal hamba Tuhan yang ingin di puja-puja tapi hanya menguras harta orang banyak. 

Selasa, 19 Juli 2022

Ketulusan dalam bahasa cinta


           
               
               Cinta dalam ketulusan
Ya kembang cinta suci, dampingilah aku memasuki mahligai hati lagi perasaan. Akulah lembaran putih dan harus kau warnai kesucian atasnya. Tuntunlah jiwaku mengikuti alur asmaramu, niscaya merestuilah Tuhan atas ketulusanmu.membuka mata dan hati . bahwa, Setia itu memang sulit, tapi lihatlah pelangi. Selalu menggenapkan warnanya. dan dalam barisan pagar besi pun tidak menghalangkan aku untuk melihat awan yang mengajar kita, tidak ada jarak yang memisahkan kita,tidak perlu rindu. karena di bawah mata mu, ada geningan air. tapi dalam bola mata mu.ada pelukan warna hijau di keliling mu, ada yang tenggelam dalam senyuman mu yaitu "rasa"dan cinta ada kerena rasa.
(20 Mei 2020) 
Ay waq

Syair Asrul Sani

  Syair Asrul Sani ini berisi tentang gambaran kondisi bangsa kita dengan semangat perjuangan  Founding fathers Seperti Soekarno atau sering...