OLEH: Billy Al Sabil
Ilmu pengetahuan dan keimana murupakan
dua hal yang pokok dari aspek kemanusiaan manusia apabila ilmu pengetahuan dan
keimanan, dipisahkan maka akan berdampak pada tindakan keseharian manusia. Oleh
karena itu dalam sudut pandang doktrinasi dogma yang dianut oleh pemikiran
eropa (barat) dalam aspek kebudayaan Eropa selama 1500 tahun yang baru, sehigga
terbagi dalam dua periode, yakni Era keimanan dan Era ilmu pengetahuan,
mangakibatkan antara ilmu pengetahuan dan keimanan saling berlawanan, sehingga
ia akan melahirkan budaya sekuler. Lahirnya budaya sekuler di barat karena ada
doktrinasi agama yang menggap bahwa ilmu pengetahuan dan keimanan itu bertolak
belakang dengan keimanan, sehingga mempengaruhi watak dalam kesehariannya.
Pada dasarnya antara ilmu pengetahuan dan
keimanan ia saling berkesinambungan dalam diri manusia, akan tetapi mempunyai
corak yang berbeda, ilmu pengetahuan mempengaruhi watak manusia kemudia
keimanan mempengaruhi jiwa manusia, ilmu pengetahuan dan keimanan mempunyai
keselarasan dalam membuat manusia merasakan akan kenyamanan.
Dalam dunia Islam antara ilmu pengetahuan
dan keimanan tidak mengalami dikotomi antara ilmu pengetahuan dan keimanan,
karena saling mengisi satu sama lain. Oleh karena keduanya mempengaruhi manusia
dalam bertindak haruslah ada dua landasan tersebut, karena bisa saja manusia
yang berniat baik akan tetapi mencelakai manusia lainnya, contoh dalam fenomena
sosial, sesorang mau membuat jembatan (niat baik) apabila ilmu pengetahuannya
tentang jembatan itu tidak cukup maka bisa membahayakan orang lain, bisa saja
pada saat orang lewat jembatannya roboh (fatal).
Sejarah manusia modern yang sangat
kencang dengan arus perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga mengesampingan hal
yang urgen dalam kehidupan manusia (Khakifah), oleh karena itu kehadiran ilmu
pengetahuan, manusia susah akan mendudukan nilai ilmu pengetahuan ini, sehingga
tidak asing melihat fenomena globalisasi yang di tunjang oleh ilmu pengetahuan,
demi tercapainya kepentingan manusia. Terjadi tumpang tindih dalam mewujudkan
keharmonisan dalam kehidupan manusia, karena tidak bisa mendudukan kegunaan
ilmu pengetahuan.
Beragam kepentingan manusia dalam
mewujudkan keharmonisan dalm kehidupan manusia, yang bisa menjawab kepentingan
tersebut ialah kita akan menelisik kembali persoalan penciptaan manusia sebagai
Khalifah (wakil tuhan di bumi), sehingga kita bisa menempatkan esensi manusia,
dalam pendekatan Kosmologi, Antropologi dan Teologi. Yang kita pahami proses
penciptaan mansuia tidak serta merta Tuhan menciptakan dengan tidak mempunyai
tujuan, telah kita pahami bahwa apa yang menjadi tugas pokok manusia di Bumi,
ialah bagaimana menciptakan keseimbangan dalam kehidupan manusia sesama manusia,
alam serta dengan Tuhan.
Gejolak dalam kehidupan manusia di
sebabkan oleh ilmu pengetahuan, tidak menutup kemungkinan bahwa manusia mencari
ilmu pengetahuan ialah bagian dari aktualisasi Fitrah manusia, jikalau di
telaah lebih dalam adanya ilmu pengetahuan untuk bagaimana mewujudkan
keharmonisan dalam kehidupan manusia. Mansuia sebagai khalifah (wakil tuhan di
bumi) segala kosekuensi dari tindakannya di bumi akan dimintai pertanggung
jawbannya hari pembalasan kelak, dalam kajian (eskatologi) terkait perjanjian
tuhan terhadap manusia, apabila manusia mengikuti apa yang menjadi perintah
Allah Swt maka manusia itu akan di jamin keselamatan di dunia dan akhirat, maka
apapun tindak tanduk kepercayaan mansuia di Bumi akan di mintai
pertanggungjawaban.
Maka kesimpulan dari ilmu pengetahuan dan
keimanan ialah niscaya saling mengisi satu sama lain sehingga akan tewujudnya
keharmonisan terhadap individu manusia maupun kelompok.
Terima kasih
BalasHapussama sama dinda ganteng ,semangat
Hapus